Kamis, Desember 24, 2009

Guru Garing N Jayus

Pernahkah kamu mendengar kata garing? atau kata jayus? Kata garing mungkin sering kita dengar untuk menggambarkan makanan yang renyah. Namun kata garing di sini adalah sebuah istilah yang digunakan beberapa orang sebagai bahasa gaul yang menggambarkan seorang guru yang berusaha menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dengan membuat sebuah lelucon yang menurut siswanya tidak lucu. Begitu pula dengan kata jayus. Kata jayus menurut penggunaan asalnya digunakan untuk menggambarkan tidak adanya rasa cemburu pada suami/istri terhadap pasangannya. Namun, kata jayus dalam bahasa gaul beberapa remaja digunakan untuk menggambarkan guru yang mengeluarkan canda yang tidak lucu. Mungkin pada perkembangan sekarang, kita sering mendengar kata lebay dalam bhasa gaul beberapa remaja untuk menggambarkan maksud yang sama. Tidak jelas penyebabnya, mengapa mereka menggunakan kata-kata tersebut dalam bahasa gaul mereka. Mungkinkah mereka mengambil kata lebay terinspirasi dari Kisah Pak Lebai yang Malang yang menceritakan kemalangan seseorang? Ya, semua mungkin-mungkin saja.


Terlepas dari semua itu, sebagai guru, kita tidak boleh menyepelekan istilah-istilah tersebut jika istilah-istilah itu ditujukan kepada guru. Hal ini berkaitan erat dengan pengelolaan kelas dan metode belajar. Sebagai guru, kita dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar hasil pembelajaran memuaskan.Mary Leonhardt, seorang guru yang penulis, dalam salah satu bukunya yang saya baca, 99 Cara agar Anak Anda Asyik Mengerjakan PR, dalam penjelasan salah satu kiatnya mengatakan bahwa anak-anak cenderung patuh pada guru yang mereka sukai. Seorang guru yang hangat dan penuh perhatian sering mampu memacu murid yang paling malas sekalipun untuk mengerjakan PR, sementara guru yang bersikap dingin serta pemarah dapat melemahkan semangat dan dijauhi bahkan oleh murid yang patuh.


Untuk menjadi guru yang hangat dan penuh perhatian itu, kadang kita mengajak siswa bercanda untuk memecahkan kebosanan yang mungkin menerpa siswa-siswi kita. Namun, kadang kita tidak memperhatikan lucu tidaknya lelucon yang kita lemparkan kepada siswa. Bagi kita mungkin lucu, tetapi di mata mereka tidak. Mengapa demikian? Hal inilah yang perlu kita evaluasi. Mungkin saja penyebabnya adalah lelucon kita tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman para siswa. Oleh karena itu, dalam mengelola kelas dan menentukan metode belajar menyenangkan, kita juga harus mempertimbangkan perkembangan zaman agar apa yang kita sampaikan dapat lebih mudah diterima siswa.


Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengetahui perkembangan zaman sekarang. Di antaranya, menonton berita atau acara-acara informatif di TV, mendengarkan berita atau informasi lainnya dari radio, atau membaca majalah atau buku-buku pengetahuan. Kita juga berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan siswa sehingga mereka tak segan memberikan masukan-masukan positif untuk kita. Kita dituntut untuk belajar dan menerima kebenaran dari siapapun, termasuk siswa kita. Tak ada gading yang tak retak. Gurupun manusia yang tak luput dari kekeliruan.


Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan , kitapun harus belajar supaya kita dapat menjadi guru yang disegani bukan ditakuti oleh para siswa. Jika mereka segan kepada kita, maka mereka berusaha belajar atas kesadaran mereka sendiri. Akan tetapi, jika mereka takut kepada kita, maka mereka belajar karena keterpaksaan saja. Tentu saja, hasil belajar atas kesadaran sendiri lebih baik daripada hasil belajar atas dasar keterpaksaan. Hasil belajar atas kesadaran sendiri akan memberikan dampak positif berkelanjutan karena mereka menyukainya. Akan tetapi, hasil belajar karena keterpaksaan akan memberikan dampak positif sesaat saja karena didasari ketidaksukaan.


Semoga pada tahun baru ini dan hari ibu pada tahun ini, kita selalu belajar dan belajar dari masa lalu agar kesuksesan dapat diraih di masa depan. Menciptakan manusia-manusia berkualitas dengan belajar menjadi guru yang berkualitas. Kita juga belajar menjadi ibu atau orang tua yang baik bagi para tunas bangsa yang cerdas secara intelektual, spiritual, dan emosional. Happy Mother's Day & Happy New Year!