Kamis, Desember 24, 2009

Guru Garing N Jayus

Pernahkah kamu mendengar kata garing? atau kata jayus? Kata garing mungkin sering kita dengar untuk menggambarkan makanan yang renyah. Namun kata garing di sini adalah sebuah istilah yang digunakan beberapa orang sebagai bahasa gaul yang menggambarkan seorang guru yang berusaha menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dengan membuat sebuah lelucon yang menurut siswanya tidak lucu. Begitu pula dengan kata jayus. Kata jayus menurut penggunaan asalnya digunakan untuk menggambarkan tidak adanya rasa cemburu pada suami/istri terhadap pasangannya. Namun, kata jayus dalam bahasa gaul beberapa remaja digunakan untuk menggambarkan guru yang mengeluarkan canda yang tidak lucu. Mungkin pada perkembangan sekarang, kita sering mendengar kata lebay dalam bhasa gaul beberapa remaja untuk menggambarkan maksud yang sama. Tidak jelas penyebabnya, mengapa mereka menggunakan kata-kata tersebut dalam bahasa gaul mereka. Mungkinkah mereka mengambil kata lebay terinspirasi dari Kisah Pak Lebai yang Malang yang menceritakan kemalangan seseorang? Ya, semua mungkin-mungkin saja.


Terlepas dari semua itu, sebagai guru, kita tidak boleh menyepelekan istilah-istilah tersebut jika istilah-istilah itu ditujukan kepada guru. Hal ini berkaitan erat dengan pengelolaan kelas dan metode belajar. Sebagai guru, kita dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar hasil pembelajaran memuaskan.Mary Leonhardt, seorang guru yang penulis, dalam salah satu bukunya yang saya baca, 99 Cara agar Anak Anda Asyik Mengerjakan PR, dalam penjelasan salah satu kiatnya mengatakan bahwa anak-anak cenderung patuh pada guru yang mereka sukai. Seorang guru yang hangat dan penuh perhatian sering mampu memacu murid yang paling malas sekalipun untuk mengerjakan PR, sementara guru yang bersikap dingin serta pemarah dapat melemahkan semangat dan dijauhi bahkan oleh murid yang patuh.


Untuk menjadi guru yang hangat dan penuh perhatian itu, kadang kita mengajak siswa bercanda untuk memecahkan kebosanan yang mungkin menerpa siswa-siswi kita. Namun, kadang kita tidak memperhatikan lucu tidaknya lelucon yang kita lemparkan kepada siswa. Bagi kita mungkin lucu, tetapi di mata mereka tidak. Mengapa demikian? Hal inilah yang perlu kita evaluasi. Mungkin saja penyebabnya adalah lelucon kita tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman para siswa. Oleh karena itu, dalam mengelola kelas dan menentukan metode belajar menyenangkan, kita juga harus mempertimbangkan perkembangan zaman agar apa yang kita sampaikan dapat lebih mudah diterima siswa.


Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengetahui perkembangan zaman sekarang. Di antaranya, menonton berita atau acara-acara informatif di TV, mendengarkan berita atau informasi lainnya dari radio, atau membaca majalah atau buku-buku pengetahuan. Kita juga berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan siswa sehingga mereka tak segan memberikan masukan-masukan positif untuk kita. Kita dituntut untuk belajar dan menerima kebenaran dari siapapun, termasuk siswa kita. Tak ada gading yang tak retak. Gurupun manusia yang tak luput dari kekeliruan.


Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan , kitapun harus belajar supaya kita dapat menjadi guru yang disegani bukan ditakuti oleh para siswa. Jika mereka segan kepada kita, maka mereka berusaha belajar atas kesadaran mereka sendiri. Akan tetapi, jika mereka takut kepada kita, maka mereka belajar karena keterpaksaan saja. Tentu saja, hasil belajar atas kesadaran sendiri lebih baik daripada hasil belajar atas dasar keterpaksaan. Hasil belajar atas kesadaran sendiri akan memberikan dampak positif berkelanjutan karena mereka menyukainya. Akan tetapi, hasil belajar karena keterpaksaan akan memberikan dampak positif sesaat saja karena didasari ketidaksukaan.


Semoga pada tahun baru ini dan hari ibu pada tahun ini, kita selalu belajar dan belajar dari masa lalu agar kesuksesan dapat diraih di masa depan. Menciptakan manusia-manusia berkualitas dengan belajar menjadi guru yang berkualitas. Kita juga belajar menjadi ibu atau orang tua yang baik bagi para tunas bangsa yang cerdas secara intelektual, spiritual, dan emosional. Happy Mother's Day & Happy New Year!

Rabu, Agustus 26, 2009

Celoteh


Sedikit flashback ke masa lalu....
Mencungkil setitik hikmah....


Waktu itu...aku hampir dicopet orang. Aku berdiri waktu naik mobil umum, trus...'ntu orang aneh banget. Masa' masih ada tempat yang kosong tapi maunya ngedesek-desek tempat yang full orang. Tapi, waktu itu aku belum curiga kalo 'ntu orang copet. Abiz, diliat dari tampangnya yang ehm...lumayan and mirip-mirip artis sinetron deh dikit, imut-imut plus penampilannya yang kaya cowo' terpelajar. Semua orang juga ga bakal sangka 'ntu orang mo' nyopet.

Nah! aku tuh mulai curiga waktu ibu-ibu di sebelahku memindahkan tasnya ke depan dan sesekali nengok ke 'ntu cowo'. Truzz...waktu 'ntu cowo' ngedesek ibu-ibu di sebelahku, si ibu-ibu ngomel. Truzz...'ntu cowo' pindah ke sebelahku yang memang agak kosong. Tapi, aku telah meningkatkan kewaspadaan nasional. Jadi, tas aku jepit dengan sikuku dengan sekuat-kuatnya. Satu hal lagi yang meningkatkan kecurigaanku, 'ntu cowo' bawa tas gede tapi dilipet di tangan kaya jaket gitu. Meskipun aku udah usahain husnuzzhon, tetep aja kewaspadaan itu perlu. Akhirnya, memang dugaanku benar. Tangan 'ntu orang yang ketutup jaket kaya ngerogoh-rogoh tasku.

Untungnya(He...he...udah mo dicopet masih untung ya?) waktu itu tasku penuh dengan buku-buku gede and dompet ada di tempat yang aman.Tas segera kupindahkan ke depan. Lagi-lagi dengan sudut mataku, aku ngeliat tangan 'ntu orang yang ketutup jaket eh tas, dari tadi jaket-jaket terus ga ada yang mo' ralat ya?Eh ya, akhirnya tangan 'ntu orang turun ke arah saku celana panjangku. Weeh...aku mulai berang n murka, tapi kutahan emosiku yang mendarah muda. Kupikir-pikir ini copet mulai kurang belajar. Akhirnya, dengan agak kasar kututupi saku celana panjangku dengan tangan. Meskipun sebenarnya isi saku celanaku waktu itu cuma gope ngepas banged buat ongkos waktu itu.

Akhirnya, 'ntu copet mencak-mencak pindah ke sebelah kiriku yang udah ada bokap-bokap yang lagi berdiri juga. Ya udah bokap-bokap itu marah-marah abis didesek gitu sih, and aku juga agak geser jauhin 'ntu copet. Eh, ga tau kenapa lagi 'ntu copet sama bokap-bokap tadi malah berseteru. Brank, brenk, bronk adu mulut. And yang paling syerem, ada penumpang yang nyeletuk, " Udah tikam aja perutnya!"

Waktu aku liat yang ngomong, ternyata seorang cowo' yang tampangnya mirip-mirip mahasiswa, wong bawa tas (padahal ga semua orang yang bawa tas itu mahasiswa ya?)Kupikir mungkin temannya.Duh!!!

Tapi aku ga ada firasat kalo mo' ada kejadian yang lebih gawat lagi. Ya akhirnya memang 'ntu cowo' turun and cowo' yang nyeletuk tadi juga ngga ada. Meskipun copet eh cowo' yang mencurigakan tadi udah turun dari mobil, masih aja mencak-mencak sambil ngeloyor pergi....
Alhamdulillah, Allah masih ngelindungin aku....

Dari kejadian itu, aku jadi ngerenung, kenapa orang itu nyopet? Akhirnya tak pikir-pikir sampai pada kesimpulan : kalo manusia itu punya 3 kosong, yaitu kosong perut, kosong ilmu, dan kosong iman. Nah, meskipun 'ntu orang keliatannya berilmu dan tidak kosong perut, sebab dandanannya yang perlente, dia itu mungkin kosong iman. Sebab, orang yang punya iman meskipun kosong ilmu dan kosong perut pasti ngga mau ngerjain yang begitu.

Hikmah yang kedua, kita ngga boleh ketipu sama penampilan. Fisik manusia seperti kulit. Ada yang baik dan ada yang buruk. Begitu juga isinya, ada yang baik, ada yang buruk. Tergantung kita, mau isi jiwa kita dengan yang baik atau yang buruk.

Dari kejadian itu juga aku jadi punya PR yang belum kejawab. Apa iya orang itu ngga malu ngerjain yang begitu? Udah tau ketangkap basah, masih aja mencak-mencak. Sebab, pendapatku selama ini," Sejahat-jahatnya orang, pasti ada baiknya. Sebab pada dasarnya, manusia itu makhluk yang baik." Apa mungkin...dia mencak-mencak karena untuk tutupin rasa malu?Buruk muka cermin dibelah gitu....

Wallahu a'lam

Selasa, Agustus 25, 2009

Bijak Menyikapi Ramadhan

Ramadhan tahun ini terasa sedikit berbeda. Serangkaian peristiwa menghebohkan membuat kita sedikit merenung. Peristiwa pengeboman dua tempat yang berbeda oleh teroris. Kita juga baru mengetahui ternyata salah satu pelaku bom bunuh diri baru lulus SMU. Peristiwa yang mampu menghenyakkan semua orang itu ternyata menyatukan sikap umat Islam di negeri ini. Tak lama berselang, kita juga melangsungkan perayaan kemerdekaan negeri kita tercinta ini. Berbagai lomba diadakan untuk mempererat rasa persatuan dan kebangsaan. Setelah itu, kitapun kembali menyambut bulan keberkahan, bulan suci Ramadhan. Baru kali ini kita merasakan kebersamaan mengawali Ramadhan pada hari yang sama. Tak lama Ramadhan berjalan, kembali kita dihebohkan dengan klaim tari Pendet oleh negeri tetangga. Lagi-lagi peristiwa ini menyatukan sikap para seniman, sikap kebangsaan kita. Lagi-lagi semua peristiwa itu menunjukkan seolah Allah itu sangat menginginkan persatuan bagi umat Islam, bagi bangsa ini. Banyak hikmah yang dapat kita petik dari berbagai peristiwa tersebut, bagi kita pribadi, juga bagi semua pihak. Melalui peristiwa-peristiwa itu pula, Allah ingin menunjukkan betapa kasih sayang-Nya kepada kita semua.

Datangnya Ramadhan memberikan keberkahan bagi semua orang. Salah satu yang menangguk keberkahan Ramadhan adalah tumbuhnya pasar-pasar kaget, pedagang-pedagang dadakan yang menjual penganan berbuka. Harga berbagai kebutuhanpun ikut melambung. Hal ini mungkin akan memusingkan sebagian ibu-ibu rumah tangga. Akan tetapi, semuanya memang seolah menjadi lumrah ketika menjelang Ramadhan, harga segala kebutuhanpun turut naik.

Seorang teman menyadari adanya rutinitas harga seperti itu, lalu iapun selalu menyisihkan uang belanja setiap bulannya untuk persiapan menghadapi bulan ramadhan, walaupun ia sendiri tidak tahu apakah Allah akan memanjangkan usianya sehingga bisa menikmati ramadhan itu. Ia hanya berkata,"Kalau aku bisa menikmati ramadhan itu, berarti uang tabungan itu untuk persiapan ramadhan. Akan tetapi, jika Allah mengambil nyawaku dan aku tidak bisa menikmati ramadhan, maka uang tabunganku itu bisa untuk membeli kain kafanku dan pengurusan jenazahku, sehingga aku tidak terlalu membebani keluargaku."

Lain cerita temanku yang lain, ia hanya berkata,"Makan dan minumlah secukupnya dan jangan berlebihan." Maksudnya makan dan minum bagi dia di bulan puasa atau di bulan lainnya sama saja, sehingga kenaikan harga tidak memusingkannya.Penghasilannya yang pas-pasan telah membuatnya terbiasa mensyukuri apa yang dia dapatkan.

Lain lagi cerita temanku yang mengeluh kepada suaminya karena harga-harga yang naik. Suaminya malah berkata," Berdoa saja kepada Allah semoga rezeki kita lebih besar daripada harga yang naik. Kita minta banyak kepada Allah, kita minta sedikit juga kepada Allah. Lebih baik sekalian saja kita minta rezeki sebanyak-banyaknya.Toh, mintanya sama Allah juga."

Mendengar cerita temanku ini, aku kok jadi ingat kata-kata Aa Gym ya?Atau memang suaminya mengutip kata-kata Aa Gym? Entahlah, yang jelas kita semua belajar menyikapi setiap peristiwa dengan bijak karena apapun yang terjadi tak lepas dari pengetahuan-Nya dengan segala hikmah yang patut kita renungkan.

HAKIKAT KESEMPURNAAN



Anak kecil merasa sempurna kalau
ia menjadi besar
Anak besar merasa sempurna kalau
ia menjadi remaja
Remaja merasa sempurna kalau
ia menjadi dewasa
Orang dewasa merasa sempurna kalau
ia memiliki pasangan
Orang yang memiliki pasangan merasa sempurna kalau
ia menikah
Orang yang sudah menikah merasa sempurna kalau
ia memiliki anak
Orang yang telah memiliki anak merasa sempurna kalau
anaknya sudah besar, remaja, dan dewasa
Orang yang telah memiliki anak yang sudah dewasa merasa sempurna jika
anaknya sudah berpasangan
Orang yang telah memiliki anak yang sudah berpasangan merasa sempurna jika
anaknya menikah
Orang yang telah memiliki menantu merasa sempurna jika
memiliki cucu,cicit,
dst. , dst.....
Lalu, kapankah manusia mencapai kesempurnaan itu?
I think never! karena yang Maha Sempurna hanyalah ALLAH

Sabtu, Juli 11, 2009

BROS CANTIK DARI PIN BEKAS

Kamu punya pin yang tak terpakai? Atau pin-pin yang kamu peroleh dalam sebuah seminar? Jangan biarkan nasib pin itu teronggok tak berdaya. Dengan sedikit kreativitas, kita bisa menyulap pin-pin itu menjadi benda unik yang memiliki nilai manfaat. Hasil sulapan itu, bisa kita gunakan sendiri atau mempersembahkannya sebagai hadiah menarik untuk orang yang terkasih. Kita coba yuk?


Langkah-langkah proses pembuatannya:

1. Kumpulkan pin yang tak terpakai


2. Siapkan lem yang cukup kuat dan beberapa macam manik-manik atau mute dengan warna dan bentuk yang kamu sukai.

3. Oleskan sedikit demi sedikit lem di atas permukaan pin.

4. Tempelkan atau taburkan manik-manik atau mute dengan hati-hati sambil menatanya agar tampak unik dan menarik.

5. Setelah tertata rapi, cantik dan unik, keringkan dengan mengangin-anginkannya.




6. Bros cantikpun siap menemani hari-harimu agar lebih mempesona.







SELAMAT MENCOBA!

Selasa, Juni 02, 2009

Mengasah Ilmu dengan Menulis

Setiap kita mengajar, tentu kita tak asing lagi melihat tulisan. Menulis memang sudah akrab dengan dunia kita, dunia para guru. Akan tetapi, masih jarang sekali guru yang mau menuliskan ide dan pikirannya dalam bentuk yang dapat dipublikasikan kepada publik. Bahkan ada yang berpendapat bahwa menulis sebuah opini, artikel, atau sastra hanyalah tugas guru bahasa Indonesia. Padahal, kegiatan menulis dilakukan semua guru. Seorang guru bahasa Indonesiapun yang sehari-harinya bergelut dengan segala sesuatu yang terdapat dalam bahasa Indonesia juga tak luput dari kesalahan berbahasa. Bukankah sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga?

Bagi sebagian orang yang telah memahami dunia guru dan telah menjalani dunia menulis, tentu ia dapat merasakan manfaat besar menulis. Bagi seorang guru bahasa Indonesia, menulis bukan hanya menuangkan ide dalam bentuk kalimat yang mudah dipahami publik. Melalui tulisan, ia belajar kembali mengasah keterampilan berbahasanya seperti memilih kata, ejaan, dan gaya bahasa yang komunikatif. Bentuk tulisan yang dapat dipilihpun beragam, mulai dari opini, artikel, cerita pendek (cerpen), dongeng, puisi, atau pantun. Mungkin bagi sebagian orang, dongeng atau cerpen adalah tulisan-tulisan yang tak berarti. Mereka cenderung menyukai tokoh-tokoh heroik luar negeri. Boleh-boleh saja kita menyukai tokoh-tokoh heroik luar negeri, tetapi jangan melupakan dongeng warisan budaya bangsa kita dan cerpen-cerpen karya anak bangsa. Justru sebenarnya, dongeng dan cerpen merupakan media yang paling efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak, remaja, dan dewasa tanpa mereka merasa digurui. Kita dapat menyesuaikan bentuk dan isi dongeng serta cerpen tersebut dengan keadaan orang yang kita hadapi. Kita dapat memilih dongeng atau cerpen apa yang sesuai dengan anak-anak, remaja, atau dewasa. Kita dapat menggunakan dongeng atau cerpen yang sudah ada atau kita lebih kreatif menciptakan dongeng atau cerpen sesuai dengan tema yang akan kita berikan kepada mereka dan tujuan kita memberikan dongeng atau cerpen tersebut.

Untuk lingkungan madrasah, bentuk dan isi dongeng serta cerpen hasil karya kita dapat dibuat lebih islami. Kita juga dapat menyisipkan kisah-kisah teladan dari cerita kepahlawanan, orang-orang saleh, atau kisah para nabi dalam dongeng atau cerpen tersebut. Dengan demikian, dongeng dan cerpenpun dapat dijadikan media dakwah yang efektif dan menyenangkan. Hal ini tentu saja sangat menuntut kita untuk menulis. Bukan hanya bagi guru bahasa Indonesia, melainkan juga bagi guru bidang studi lainnya. Dengan menulis, kita dapat lebih memahami materi-materi pelajaran yang kita ajarkan dan mempelajari kembali materi-materi pelajaran yang terlupa. Kita dapat memulainya dengan bentuk dan kalimat-kalimat yang sederhana. Dengan menulis, kita dapat berdakwah melalui ilmu dan tulisan karya kita sendiri.

Contoh sederhana, seorang teman yang ingin sekali belajar bahasa asing, kebetulan waktu itu yang ingin dia kuasai adalah bahasa Inggris. Jangankan untuk kursus bahasa Inggris, untuk membeli kamus bahasa Inggrispun dia tak mampu. Kemauannya yang kuat membuatnya selalu rajin bertanya kepada guru bahasa Inggrisnya, lalu ia menuliskan makna kata bahasa Inggris tersebut ke dalam buku tulisnya. Dia tidak menghafalnya, tetapi ia sering membuka buku tulis itu. Secara tidak langsung ia membacanya. Sedikit demi sedikit, iapun mulai menguasai kosakata bahasa Inggris tersebut. Dia juga mulai mencoba mengubah sebuah pantun berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, lama-lama ia mengubah puisi, bahkan cerpen berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Jika ia menemui kesulitan, ia tak pernah malu bertanya kepada teman yang mahir berbahasa Inggris atau memiliki kamus bahasa Inggris. Akhirnya, iapun mencoba tantangan yang lebih sulit. Ia coba menerjemahkan sebuah dongeng berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Hasilnya, ia bisa berbahasa Inggris tanpa kursus. Mungkin ini yang disebut ala bisa karena biasa.

Teman tersebut berhasil menguasai bahasa Inggris diawali dengan menulis kata-kata. Ilmu seorang gurupun akan semakin terasah dengan menulis. Bukankah jika harta dibagikan akan habis, jika ilmu dibagikan akan semakin paham? Jika kita membagi ilmu kepada siswa sendiri, kita akan lebih memahami ilmu kita. Apalagi jika disebarluaskan kepada publik, bukan tak mungkin kita semakin lebih paham? Bukankah hal itu akan meningkatkan kualitas mengajar kita? Tentu saja sekaligus meningkatkan kualitas siswa yang kita didik.

Kamis, Mei 14, 2009

Lukisan Hidup(Kenangan Wisudakoe)






Sejenak kularut dalam sebuah lukisan
Sejenak kutenggelam dalam kebisuan
Lenyap dalam senyap
kukepak sayapku menuju dunia lain
dunia kekosongan




Inderaku bergerak bagai radar
menjelajah nuansa alam
kupotret satu demi satu fakta kehidupan
kuabadikan satu demi satu mutiara hayati
kubingkai,
kuukir
dalam kristal kaca nurani
kubasuh,
kusucikan
dalam sungai kejujuran
kulapisi mas perak perenungan


hingga


kulihat keindahan pelangi


hidup

Kamis, Mei 07, 2009

Dahan yang Terkoyak






Tuhanku,
Sejenak kutenggelam dalam maya
Tegak
Mematung
Menyatu bisunya alam
Tuhanku, kala dahan patah kembali patah,
Bagaimana ia bisa kembali berdiri?
Tegak,
Kaku,
Bisu,
Hanyut dalam hampa
Bagaimana ia bisa kembali melambai?
Menyanyi riang
bersama
lembutnya
angin?














Kamis, April 02, 2009

Doaku dalam Sendiri


kala benar salah

bersatu dalamsatu garis



kala keyakinan



berada di simpang keraguan



kala fakta



berbaur dengan ilusi



kala harapan



bercampur putus asa



kala semuanya menjadi syubhat



mana yang harus kupilih?



kala segala berubah sangsi



mana yang harus kupilih?



Tuhan,



tunjuki aku jalan-Moe

Apatis

West Jakarta, 2 April 2009
siapa peduli siapa
siapa peduli apa
siapa peduli bagaimana
who's care?!

Yang Terasing

West Jakarta, 2 April 2009

Tuhanku,
akankah asing lagi Kau di mataku?
akankah asing lagi di telingaku?
akankah asing lagi di jiwaku?
akankah asing lagi di lidahku?
akankah asing lagidi pikiranku?
akankah asing lagi di hatiku?
akankah asing lagi di langkahku?
akankah asing lagi di tujuanku?
akankah Kau asing bagiku?
bagi hidupku?
bagi nafasku?
bagi darah yang terpompa jantungku?
beri daku petunjuk
angkat aku dari kubangan gelap
tuntun daku menuju cahya-Mu
tepiskan daku dari angin kalut
bawa daku menuju ridha-Mu
lepaskanku dari belenggu gaib
yang bernama gelisah
berikan daku secangkir ketenangan
yang membasuh luka-luka jiwaku
berikan daku sepayung keteduhan
yang menaungiku dari segala bala dunia

Selasa, Maret 10, 2009

Mengais Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW

Jakarta, 9 Maret 2009

Tak terasa tahun demi tahun telah terlewati. Tak terasa pula kita telah bertemu kembali dengan peringatan maulid Nabi yang kesekian kalinya. Beragam cara dilakukan orang untuk merayakannya. Nuansanya bergema ke seluruh pelosok. Ada yang menganggapnya mulutan karena banyak makanan, berkah kata orang. Ada pula yang menganggapnya muludan karena menekankan peringatannya.
Mulutan dan muludan memang sangat dekat. Keberkahan banyaknya makanan dan keantusiasan masyarakat terhadap peringatan atau perayaannya. Semuanya seolah-olah ingin menunjukkan kecintaan mereka kepada Rasulullah SAW. Ada yang rela memanjat pohon yang rantingnya dipenuhi berbagai benda, ada pula yang rela berdesak-desakan berebut gunungan atau telur yang telah didoakan.
Semuanya sudah baik. Akan tetapi, pernahkah kita merenungkan, adakah sesuatu yang paling penting dalam peringatan maulid ini? Dalam berbagai kesempatan mengikuti maulid, mungkin kita diingatkan kembali tentang perjuangan Nabi dan para sahabat. Apakah kita hanya mengenangnya? Atau merasa bangga dengan kejayaan masa lalu? Tentu tidak! Ada yang lebih penting daripada semua itu. Introspeksi diri. Mungkin itu salah satu jawabannya. Mengapa? Karena introspeksi diri tak harus selalu menyambut tahun baru. Salah satu hikmah terpenting maulid Nabi adalah kita mencoba mengintrospeksi diri kita secara jujur. Seberapa besarkah kecintaan kita terhadap Rasulullah? Apa buktinya kita telah mencintai Rasulullah?Apakah kita telah menyerap semangat juang Rasulullah? Apakah kita telah meniru dan meneladani akhlak Rasulullah yang agung?
Mungkin kita semua telah tahu jika kemuliaan Islam tertutup oleh perilaku sebagian umatnya. Ada yang sudah berhaji ternyata koruptor, ada pula yang sedang ramai dibicarakan orang saat ini terlibat aborsi. Mungkin orang-orang intelek akan mengatakan semua tergantung individunya. Haji ada dua, ada yang mabrur dan ada yang mardud. Mabrur yang hajinya diterima Allah dan kebaikannya berkelanjutan. Mardud yaitu haji yang berkelakuan buruk. Akan tetapi, orang-orang awam hanya melihat orang yang menyandang status haji berarti naik status sosialnya, sempurna ibadahnya, santun pula budi pekertinya. Bagaimana mereka memahami semua itu? Setiap kita bisa berdakwah. Berdakwah melalui perilaku kita sehari-hari. Dengan merenungi semua itu, dengan mengais hikmah maulid kali ini, mungkin kita bisa membuktikan kecintaan kita kepada Rasulullah nan agung.
By Vey

Minggu, Maret 01, 2009

SANG PEMIMPIN

West Jakarta, 2 Maret 2009
Menjadi seorang pemimpin itu sulit atau mudah ya? Mungkin beragam jawaban yang akan kita dapatkan. Yang bilang mudah, mungkin dia bilang it's oke, cuma sekedar jabatan. Yang bilang sulit, mungkin karena dia memikirkan beban tanggung jawabnya. Apapun jawabannya, bukankah setiap kita adalah pemimpin? Seorang ayah menjadi pemimpin bagi istrinya, seorang istri menjadi pemimpin bagi rumah tangganya, seorang kakak menjadi pemimpin bagi adik-adiknya. Itulah kepemimpinan dalam skala kecil. Minimal setiap kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri.

Menjadi seorang pemimpin bukanlah hanya sekedar sebuah jabatan yang meningkatkan status sosial dan ekonomi seseorang, tetapi harus diiringi dengan sebuah rasa tanggung jawab. Bukankah orang yang menumpuk-numpuk jabatan tanpa rasa tanggung jawab seperti orang yang memikul kayu bakar dipunggungnya, ditumpuk-tumpuk sampai ia keberatan karena tak sanggup lagi memikulnya?

Kadang menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawabpun masih menemui berbagai hambatan dalam rangka melaksanakan tanggung jawabnya. Beda orang, beda pikiran dan pendapat. Seseorang yang memimpin sekumpulan orang, tentu ia harus belajar memahami orang yang dipimpinnya. Tentu bukan hal mudah memimpin orang-orang dengan berbagai latar belakang. Apa lagi kalau orang yang dipimpinnya itu lebih senior. Rasa gengsi mungkin saja ada. Aku jadi ingat bagaimana Abu Bakar menangis ketika terpilih menjadi khalifah. Bukan menangis karena senang, tetapi takut tidak bisa menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Oleh karena itu, dalam pidatonya ia mau menerima jabatan itu sebagai amanah. Akan tetapi, ia juga minta ditegur ketika melakukan kesalahan dan jangan mengikuti kebijakannya yang menyimpang dari aturan.

Ada yang bilang menjadi seorang pemimpin yang baik harus mendengarkan semua pendapat anak buahnya. Mungkin itu benar, tetapi bukan berarti menuruti semua pendapat itu. Pendapat-pendapat itu dapat dijadikan masukan dalam rangka membuat sebuah keputusan. Aku juga jadi ingat cerita seorang ayah, anaknya dan seekor keledai yang mereka miliki. Suatu saat mereka melakukan sebuah perjalanan panjang. Sang ayah dan anak menaiki keledai itu bersama-sama. Ketika melewati sekumpulan orang, mereka berkata," Kejam sekali kalian, hewan sekecil itu dinaiki berdua!". Sang ayahpun turun, hanya sang anak yang naik ke punggung keledai itu. Merekapun melewati sekumpulan orang. Mereka berkata," Tega sekali anaknya, membiarkan ayahnya berjalan kaki, sedangkan ia naik keledai." Maka turunlah anaknya. Sekarang sang ayah yang naik keledai, anaknya berjalan kaki. Ketika melewati sekumpulan orang, mereka berkata,"Ayah macam apa kamu membiarkan anakmu berjalan kaki, sedangkan engkau naik keledai?" Ayah dan anak itupun berjalan kaki sambil menuntun keledainya. Merekapun melewati sekumpulan orang. Orang-orang itupun berkata,"Bodoh sekali mereka, mereka memiliki keledai tidak dinaiki!" Ayah dan anak itu akhirnya menyadari betapa perlunya memiliki sebuah prinsip ketika melakukan sesuatu yang benar. Mereka boleh mendengarkan pendapat-pendapat itu sebagai masukan dalam melakukan sesuatu yang benar, tanpa ditanggapi dengan rasa amarah.

Kita baru memahami orang lain setelah kita menyimak dan merenungkan apa yang mereka sampaikan. Kita belajar memahami pola pikir mereka. Kita juga belajar menerima saran dan kritik tanpa amarah dan menjadikannya bahan introspeksi diri. Kita juga memerlukan prinsip ketika kita membuat sebuah keputusan, yang terbaik adalah melalui musyawarah. Walau bagaimanapun, manusia tempatnya salah dan lupa. Oleh karena itu, sebagai sesama muslim yang bersaudara, selayaknya saling mengingatkan. Kita mungkin tidak bisa menjadi pemimpin yang sempurna, tetapi kita bisa berusaha menjadi pemimpin yang terbaik. Terbaik di mata manusia, terbaik pula di hadapan Allah.

Rabu, Februari 04, 2009

MY LETTER


West Jakarta, 04 Feb 2009


Januari menghilang, Februaripun datang. Tuhanku, begitu beratnya bebanku bulan ini. Saat aku masih berjuang melawan rasa traumaku, ah entah, mungkin fobia, aku juga harus berjuang melawan kedukaan yang dalam. Terlalu banyak kenangan yang melintas di benakku di bulan ini, bulan pernikahanku, bulan kelahiran putri yatimku.

Ya Allahku, tahukah Kau? Ah, Kau pasti tahu karena Kau Maha Tahu, kalau aku saat ini begitu sedih. Kaupun tahu kalau aku begitu banyak dikagumi orang karena ketegaranku, ketabahanku menghadapi kepergian suamiku. Sendirian aku menemaninya di rumah sakit dalam keadaan koma, sendirian aku membimbingnya membaca tahlil sambil aku menguatkan diriku dengan istighfar. Aku tahu lisannya tak dapat mengikutiku, tetapi hatinya belum beku.

Ya Allahku, Kau juga pasti tahu betapa limbungnya aku saat itu, hampir tak sanggup ku menyaksikan orang yang sangat mengasihiku begitu menderita tak berdaya. Tapi, aku berusaha hanya mengingat-Mu sepenuh daya. Kau juga pasti tahu betapa air mata ini tak mau mengering terus mengalir tanpa bisa kutahan. Aku benar-benar berusaha menahannya walau mataku terasa pedih saat aku harus melakukannya demi izin tuk menyaksikan pemakaman suamiku, demi melihat dan mengantarnya yang terakhir kali. Aku ingat, Kau berusaha menghiburku saat itu, saat aku berdiri di tepi makam, dengan suara-suara yang menggema di kepalaku, entah suara siapa?Suara itu mengatakan," Vo, lihatlah baik-baik suami yang sangat menyayangimu itu. Apa yang kamu alami dan rasakan saat ini, sama seperti yang dialami dan dirasakan Umar saat itu."

Ingatkah kau, betapaUmar tak percaya ketika mengetahui Rasul telah tiada. Ia menghunus pedang sambil berteriak siapa yang mengatakan bahwa Rasul wafat harus berhadapan dengannya. Ia baru menyadari kekhilafannya setelah Abu Bakar berkata," Ya Umar, jika engkau menyembah Muhammad, sungguh beliau telah wafat. Akan tetapi, jika engkau menyembah Allah, sungguh Allah itu takkan pernah mati."

Sekarang kamu tahu kan, Vo? Mana yang kamu sembah, suamimu atau Allah? Jika kamu menyembah suamimu, sungguh ia telah mati. Akan tetapi, jika kamu menyembah Allah, percayalah Dia takkan pernah mati. Artinya, kamu jangan pernah merasa sendirian karena Dia akan selalu mendampingimu.

"Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan diberikan jalan keluar dan rezeki yang tak terduga."

Tidak cukupkah hal itu menenteramkanmu? Dia takkan pernah ingkar janji. Kamupun sudah merasakan buktinya, bukan?

Ingatkah kau ketika masih kuliah dulu, kamu hanya punya uang pas-pasan untuk ongkos berangkat kuliah saja? Kamu kebingungan waktu itu. Kamu tidak tahu bagaimana mengisi perutmu yang nanti keroncongan. Kamu juga tidak tahu bagaimana caranya kamu bisa pulang ke rumah. Tak ada makanan apapun yang bisa kamu jadikan bekal. Saat itu kamu bilang,"Ya Allah, saya hanya punya uang tuk berangkat kuliah saja. Tolong saya!"

Betapa Allah telah memberi pertolongan-Nya kepadamu saat itu,bukan? Dia mengirim sahabatmu yang berulang tahun dan mentraktirmu bersama teman-temanmu sehingga kamupun tak menahan lapar. Dia juga mengirim temanmu yang baru mendapatkan rezeki dan berbagi denganmu sehingga kamupun punya uang tuk ongkos pulang ke rumah. Sungguh Allah telah menghilangkan kebingunganmu saat itu. Kejadian-kejadian itu hanyalah segelintir cerita yang membuktikan kebenaran janji-Nya, bukan? Maa Kholaqta Haadzaa Baathilaa (Tak ada sesuatupun yang Kau ciptakan itu sia-sia)


Jumat, Januari 02, 2009

NEW YEAR

Batavia City, 2 Januari 2009
What do you know about new year? New year make some body be glad although they are sad. Why? Setiap pergantian tahun Masehi selalu dirayakan besar-besaran oleh sebagian besar warga di seluruh belahan dunia ini. Hal inipun terjadi pada pergantian tahun ini, tak peduli belum lama seluruh penghuni bumi ini dibuat kalang kabut dengan krisis ekonomi dan tahun depanpun beberapa prediksi buruk menanti. Semua orang mengais harap dalam cemas. Sayang, semua dirayakan dengan pesta pora dan glamour yang berbau hedonisme.

Padahal, di belahan lain bumi ini ada sebagian penghuni yang tidak merayakannya dengan pesta pora, tetapi dengan pesta darah. Jangankan untuk memikirkan makanan dan angan-angan di masa depan, untuk menyelamatkan diripun rasanya sulit. Mungkin di benak mereka yang ada hanya sebuah asa agar mereka selamat dari segala gempuran yang membabi buta. Seluruh negeri seakan hanya bisa menonton tanpa bisa berbuat apapun. Sungguh kontradiktif sekali dengan keadaan di suatu masa yang lalu, dunia internasional bersatu menggulingkan penguasa sebuah negeri. Gempuran hebat yang menimpa sebuah bangsa oleh bangsa lain di awal tahun ini mengingatkan kita kepada pembunuhan massal dengan tujuan pemberantasan sebuah bangsa yang terjadi di masa lalu.

Jika kita renungkan isi kandungan sebuah ayat Al-Qur’an yang mengatakan bahwa kita diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling kenal mengenal, bukan saling membunuh dan menunjukkan superioritas terhadap yang lain. Bukan hanya Islam, semua agama selalu mengajarkan kedamaian terhadap sesama. Setiap suku bangsa tercipta memiliki kelebihan dan kekurangan, setiap kita tercipta memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, kita pelajari kelebihan dan kekurangan yang lain, kita tiru kelebihannya dan kita lengkapi kekurangannya. Bukan tak mungkin akan tercipta suku bangsa yang sempurna walaupun bukan kesempurnaan mutlak. Paling tidak, suku bangsa terbaik di antara yang terbaik.

Jika kita renungkan pula, dekatnya Natal, Tahun Baru Islam, dan Tahun Baru Masehi, seolah mengisyaratkan perlunya kedamaian di seluruh pelosok bumi. Hanya dalam suasana damai kita bisa membangun kemajuan, hanya dalam suasana damai kita dapat mencapai yang terbaik dari terbaik. Bagaimanapun perang hanya akan menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak. Menang jadi arang kalah jadi abu. Oleh karena itu, baik itu perselisihan, tawuran, perang ,atau apapun namanya hanya menimbulkan penderitaan dan keprihatinan. Sudah sepatutnya setiap kita menjadi insan beradab, setiap suku menjadi suku beradab, setiap bangsa menjadi bangsa beradab. Maka akan tercipta peradaban yang mulia. Jika hewan saja mendapat perlakuan istimewa, perlindungan serta rasa aman, apatah lagi yang namanya manusia. Makhluk yang Tuhan ciptakan paling sempurna diantara makhluk-Nya. Sepatutnya pula kita tidak mengotori kesempurnaan yang diciptakan Tuhan dengan api amarah yang membabi buta sehingga menurunkan derajat kita ke tingkat yang lebih rendah daripada seekor hewan. Sepatutnya pula setiap pergantian tahun kita rayakan dengan perenungan yang dalam penuh kejujuran, agar kesalahan di masa lampau tiada lagi terulang dan tahun esok meraih yang terbaik. Sepertinya prinsip hari ini harus lebih baik daripada kemarin, hari esok harus lebih baik daripada hari ini memang tepat kita terapkan. Jangan lagi ada penyesalan yang terulang. Semangat mengintrospeksi diri selalu ada dalam setiap kesempatan. Happy new year forever, for Us....I Hope The God always bless Us, I hope The God always with Us forever....