Minggu, November 30, 2008

GAYA BELAJAR, TIPS EN TRIK INSTAN 4 YOUR TEST

Batavia, 29 Nop ’08
Tholabul ’ilmi alias learn alias belajar atau apapun namanya dalam segala bahasa, sebenarnya merupakan proses penyerapan pengetahuan yang bisa didapat secara spontan ataupun memakan waktu lama. Bisa melalui pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. Bisa melalui membaca, mendengar, merasa, atau apapun yang melalui indera kita. Walaupun ada juga yang membedakan antara ilmu dan pengetahuan. Yang jelas, pengetahuan kita bisa bertambah dengan cara apapun.

Salah satu hal yang dapat mempengaruhi penambahan pengetahuan kita adalah gaya belajar. Aku jadi ingat ketika aku coba-coba menjadi kuli tinta amatiran semasa SMA dulu. Tentu saja dengan memanfaatkan sikap familierku en prinsip persahabatanku yang jujur, baik hati en tidak sombong, tak sulit meminta mereka berbagi informasi tentang gaya belajar mereka. Surprise! Banyak gaya belajar unik yang kudapatkan. Mau tahu apa saja gaya belajar mereka itu? Cukup dengan meluangkan sedikit waktu tuk baca tulisan ini, kamu akan mendapatkan manfaat yang besar, buktikan saja!

Macam-macam gaya belajar yang kudapat, antara lain:
1. Belajar dengan diiringi musik.
Orang yang belajar dengan cara ini, dia tak dapat menyerap pelajaran tanpa musik. Dia membutuhkan musik sebagai penenang ketegangan urat syarafnya. Dia memerlukan sebuah suasana yang benar-benar relaks en fun. Dalam ketenangan itulah ia mampu menyerap pelajaran.

2. Belajar di tempat yang sepi.
Berbeda dengan gaya belajar pertama, orang yang memiliki gaya belajar kedua ini justru memerlukan suasana yang benar-benar hening, jauh dari kegaduhan. Orang yang seperti ini mengalami kesulitan konsentrasi ketika mendengar suara-suara. Mereka belajar di ruangan-ruangan sepi atau menjauh dari keramaian. Ada yang di sudut-sudut kamar, ruang perpustakaan, bahkan ada yang tidur dahulu setelah shalat Maghrib, lalu bangun tengah malam, shalat tahajjud dahulu, baru dia dapat menyerap pelajaran ketika semua orang sedang terlelap dibuai mimpi. Walaupun pagi harinya dia mengantuk, dia sudah memahami pelajaran sebelumnya, mempelajari materi yang akan diajarkan esok, dan menyiapkan beberapa pertanyaan tentang materi yang belum dipahaminya untuk ditanyakan kepada bapak atau ibu gurunya esok hari.

3. Belajar sambil menonton televisi.
Orang yang memiliki gaya belajar seperti ini terkesan agak santai dalam menyerap pelajaran. Tentu saja lebih sedikit hal yang dapat dipahami karena harus membagi pikiran menjadi 2 konsentrasi, antara kesukaan dan keharusan. Dia menonton ketika acara kesukaannya sedang tayang dan belajar ketika iklan sedang berparade.

4. Belajar dalam setiap kesempatan.
Gaya belajar inilah yang menurutku terbaik. Dengan cara belajar dalam berbagai kesempatan inilah kita tak perlu membebani otak agar menyerap informasi dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ala bisa karena biasa. Membaca dalam berbagai kesempatan, belajar dalam berbagai kesempatan, membuat otak kita menyerap informasi perlahan-lahan sehingga lebih terekam lama dalam ingatan kita. Kita juga menulis rumus-rumus atau kosakata dalam secarik kertas dan tempelkan di tempat-tempat yang sering kita lihat. Hal itu juga dapat membantu memori kita tuk menyerap pelajaran tanpa kita merasa sedang belajar.

5. Belajar dengan merekam gerak gerik guru ketika menerangkan pelajaran di kelas.
Gaya belajar tipe kelima inilah yang menyerap informasi melalui sesuatu yang dapat dilihat dan didengar. Dia menggambarkan suasana kelas seperti sebuah panggung sandiwara atau sebuah film dengan guru sebagai tokoh utamanya. Dia mengingat materi pelajaran berdasarkan gerak - gerik gurunya ketika menerangkan.

6. Belajar hanya ketika menghadapi ulangan atau ujian saja (SKS).
Orang yang memiliki tipe belajar seperti ini terkesan memaksakan kehendak kepada diri sendiri. Dia berusaha mengingat begitu banyak informasi dalam waktu yang amat sangat singkat. Ada yang mengikat kepalanya dengan kain sekuat-kuatnya, ada yang menyediakan kopi agar kuat bergadang, ada yang menyiapkan makanan cemilan supaya tidak mengantuk, ada juga yang menyediakan cermin en lipstik. Ketika dia mulai mengantuk, dia coret pipinya dengan lipstik. Ketika dia mengantuk lagi, coret lagi bagian wajah yang lain, begitu seterusnya sampai wajahnya penuh dengan coretan, barulah dia bercermin. Dia akan tersenyum atau tertawa melihat wajahnya yang penuh coretan. Hal itulah yang membuatnya lupa akan rasa kantuknya. Resikonya ketika ujian dia mengantuk en lupa apa yang sudah dipelajarinya. Itulah sebabnya tipe ini disebut SKS (Sistem Kebut Semalam).

7. Belajar dengan membuat rumus atau kunci rahasia yang hanya dimengerti diri sendiri.
Orang yang bertipe ini memerlukan kreativitas dalam menyerap pelajaran. Dia membuat singkatan-singkatan yang memudahkannya untuk mengingat sejumlah informasi. Ada pula yang membuat bagan-bagan atau kata kunci yang hanya dimengerti dirinya sendiri.
Misalnya dalam materi kata tanya bahasa Inggris, 5W1H maksudnya What(1), Why(2), Who(3), Where(4), When(5), How(1).

Kadang-kadang kita sudah mempersiapkan diri semaksimal mungkin dalam menghadapi sebuah tes, tetapi begitu melihat soal langsung tegang en lupa semuanya.
Ada beberapa tips en trik yang dapat menghindari resiko itu.
1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan dalam tes. Misalnya, jika menggunakan pensil 2B, maka siapkan beberapa pensil 2B yang sudah diruncingkan di rumah. Hal ini akan membuat waktu tes kamu menjadi lebih efisien karena tak perlu lagi menghabiskan beberapa detik untuk meraut. Walaupun demikian, alat peraut tetap harus disediakan. Bukankah sedia payung sebelum hujan itu lebih baik?
2. Ketika melihat soal tes dan rasa tegang itu muncul, usahakan kembalikan konsentrasi kamu. Tarik napas melalui hidung perlahan-lahan, lalu tahan beberapa detik, keluarkan kembali udara melalui mulut perlahan-lahan sampai kamu merasa tenang. Bacalah doa-doa yang mampu menenangkan hati kamu.
3. Mulailah membaca soal dengan basmalah.
4. Baca soal dengan teliti.
5. Kerjakan dahulu soal yang kamu anggap mudah agar ketika waktu habis, kamu tidak kalah telak. Kamu juga tidak akan tenggelam dalam lautan penyesalan karena tak satupun soal dapat terjawab.
6. Setelah soal yang kamu anggap mudah telah terjawab, mulailah mengisi soal yang sulit dengan sangat hati- hati en teliti. Kesalahan yang sering terulang adalah terlalu terburu-buru mengisi soal yang kelihatan mudah padahal sulit dan menganggap sulit soal yang sebenarnya mudah. Hal ini terjadi mungkin karena mengabaikan ketelitian en melupakan jebakan soal yang memang dibuat agar kita teliti mengerjakannya.
7. Setelah semua terisi jawaban, periksa kembali berulang-ulang dengan teliti sebelum diserahkan kepada pengawas. Berpikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada guna. Bersikap teliti itu lebih baik daripada penyesalan yang selalu datang belakangan. Jangan lupa baca hamdalah.

That’s mytips! Kamu termasuk tipe yang mana?Atau ingin mencoba semuanya?Silakan saja!
Good Luck! I hope ’U Be Better From Me!




Minggu, November 02, 2008

Dibalik Kontroversi Pernikahan Dini

Batavia,27 Oktober 2008
Tuhanku, terhenyak aku mendengar kabar seorang yang dianggap kiai menikahi gadis belia berusia 12 tahun. Apalagi dia berencana pula menikahi gadis kecil lainnya yang berusia 7 dan 9 tahun. Luka hati dan jiwaku, Tuhan, kala ia mengatasnamakan-Mu dan Rasul-Mu. Pedih tak terperi di sini, dalam, sangat dalam menusuk jantungku. Dia mungkin tak menyadari betapa perbuatannya telah mencoreng Rasul-Mu, Engkau, dan ajaran-Mu. Tapi, betapa angkuhnya ia mengatasnamakan Rasul-Mu demi membenarkan perbuatannya. Ya Allahku, tak pernah rela hatiku kala Rasulku yang agung dicoreng oleh orang yang mengaku umatnya?

Ya Allahku, bukankah tugas seorang kiai adalah menjadi teladan bagi pengikutnya?Aku jadi ingat, aku pernah menegur suamiku agar jangan mau dipanggil ustadz karena berat beban moral dan ujiannya. Suamiku hanya bilang,”Mi, ayah tidak pernah minta dipanggil ustadz. Kalau satu dua orang mungkin bisa ayah beri tahu, tapi tidak mungkin semuanya ayah beritahu kan?” Dari jawaban suamiku, aku menyimpulkan bahwa masyarakatlah yang memberi penilaian apakah orang itu ustadz, kiai atau ulama. Dengan adanya kejadian ini, pantaskah ia disebut seorang kiai? Orang yang telah mencoreng nama Rasulku yang agung. Orang yang tidak memberikan teladan bagi masyarakatnya? Ia beralasan bahwa ia menikahi gadis 12 tahun sama seperti Rasulullah menikahi Aisyah. Tidak tahukah ia betapa postur tubuh anak-anak Arab Saudi berbeda dengan anak-anak negeri ini? Tak tahukah ia dampak psikologis yang diderita anak itu? Bukankah itu sebuah kedzaliman yang dilakukan terhadap orang yang lemah?

Katanya ia mengikuti jejak Rasulku yang agung, tapi tahukah ia, Rasulku seorang penyayang terhadap orang-orang yang lemah? Bahkan kepada seekor burung yang sakit. Aku ingat, aku pernah membaca sebuah buku bahwa Rasul melihat seorang anak yang menangis. Iapun menghampirinya.Ternyata burung peliharaannya sakit. Rasulpun mengajak anak itu untuk menjenguk burung peliharaannya itu. Lain buku pula aku pernah membaca bahwa Rasul melihat seorang anak menangis ketika semua orang bergembira pada hari raya idul fitri. Beliaupun menghampirinya. Ternyata ia menangis karena ia seorang yatim. Ia sedih karena tak punya baju baru dan bergembira bersama ayahnya seperti teman-temannya. Rasulpun memberinya baju baru dan mengatakan bahwa beliaulah yang menjadi ayahnya. Anak yang tadi menangis itupun menjadi gembira. Itulah Rasulullah yang memberi kegembiraan kepada anak-anak dan menghapus kesedihannya, yang mengubah air mata anak-anak menjadi tawa. Bukan seperti yang dilakukan orang itu. Dia merampas kegembiraan seorang anak dan mengubahnya menjadi air mata. Membungkam minat, bakat dan tumbuh kembangnya. Mengapa ia bergembira di atas penderitaan seorang anak?
Apakah itu yang diajarkan Rasulullah? Tidak! Sama sekali tidak!Jika benar ia ingin mengangkat derajat anak itu, tentu bukan dengan cara menikahinya. Masih banyak cara lain yang lebih mulia, mulia di hadapan manusia juga mulia di hadapan-Mu,Tuhanku.Apakah ia tak tahu pepatah orang tua, ”Di mana langit dijunjung, di situ bumi dipijak,” Setiap tempat memiliki adat kebiasaan berbeda. Satu hal lagi, mungkin akan ada dosa beruntun ke generasi berikutnya. Saat ini, mungkin anak itu tak bisa melawan karena ketidakberdayaannya, tapi apakah keyakinannya dalam jiwa kecilnya kepada Engkau, wahai Tuhan, takkan tergoyah? Atau kelemahan itu akan menumbuhkan benih dendam yang terlampiaskan kepada anak-anaknya? Tak terbayangkan, entah berapa korban yang akan berjatuhan akibat ego segelintir orang.

Hanya satu yang kupercaya saat ini, Engkau akan buktikan yang hak itu hak, yang bathil itu bathil. Dalam sebuah hadits aku pernah membaca,” Ciri orang mu’min sejati adalah orang yang aman orang-orang sekitarnya dari lidah dan tangannya.” Selama orang itu melakukan kedzaliman kepada saudaranya yang lemah, maka ia bukanlah seorang mu’min sejati, walaupun ia memiliki segudang gelar terhormat. Kuharap, Engkau, wahai Allahku, akan membimbing orang itu untuk lebih banyak lagi membaca tentang sejarah hidup Rasul-Mu. Dengan izin-Mu pula, aku berharap Engkau selamatkan anak itu dari kedzaliman orang-orang dewasa agar ia tumbuh menjadi salah satu hamba-Mu yang berkualitas. Aamiin.

Senin, Oktober 20, 2008

Warnung VI : Rahasia Tabassum

Do ’u know what is tabassum? Tabassum is senyum. Do ’u know is senyum? Senyum memiliki banyak makna. Senyum adalah mengguratkan ujung garis bibir sebagai pertanda keramahan. Sebuah grup nasyid, Raihan, dalam salah satu liriknya menggambarkan senyum sebagai tanda keimanan, tanda ketabahan, serta sedekah yang paling mudah. Ya, benar! Senyum adalah tanda keimanan. Ketika seorang muslim tersenyum kepada sesamanya tanpa dibatasi apapun,baik suku, agama, maupun warna kulit, semata-mata demi menyambung silaturahmi dan membina persaudaraan karena Allah, maka niatnya sudah tercatat sebagai ibadah. Ibadah tersebut baru dapat dilaksanakan bila seseorang itu beriman kepada Allah.

Senyum adalah tanda ketabahan. Jika seseorang ditimpa kemalangan,ditimpa musibah,pastilah hatinya mengalami kesedihan. Jika ia seorang muslim,maka ia mengembalikan segalanya kepada Allah. Dari tiada kembali tiada. Segala sesuatu dari Allah dan kan kembali kepada Allah. Dengan penyerahan diri seperti itu,maka beban akan berkurang. Kesedihan cenderung membuat kita bermuram durja, yang membuat otot-otot muka kita lebih banyak yang menegang. Maka tak heran jika orang yang selalu menuruti rasa sedih, biasanya akan terlihat lebih cepat tua. Salah satu obat agar kita tetap awet muda adalah senyum. Tentu bukan sembarang senyum. Senyum yang tulus dari hati akan menggerakkan sedikit otot-otot muka kita. Hal ini akan bermanfaat bagi wajah kita karena tak banyak otot muka kita yang tegang plus merelakskan otot-otot muka kita. Hasilnya, wajah yang ceria dan aura keramahanpun terpancar. Wajahpun akan selalu tampak lebih muda. Rasulullahpun pernah mengajarkan sebuah doa perlindungan dari rasa sedih yang berkepanjangan,”Allahumma inni a’uudzubika minalhammiy wal hazani.” Rasa sedih memang sifat manusiawi, tetapi kesedihan berkepanjangan hanya akan merugikan jasmani dan rohani. Dengan sebuah sunggingan senyum, seseorang mengalirkan energi positif ke dalam dirinya yang akan membentenginya dari rasa sedih berkepanjangan. Itulah bukti kalau senyum pertanda ketabahan.

Bagi wong cilik yang benar-benar cilik, bisa jadi sedekah itu sesuatu yang amat sulit, bahkan bisa jadi barang mewah. Akan tetapi, dengan berbagi senyum kepada semua orang, tulus dari dalam hati karena Allah, iapun sudah bisa bersedekah. Yap! Senyum adalah sedekah yang paling mudah dilakukan setiap orang. Sekarang jelas khan...rahasia tabassum? Bisa menjadi senam muka yang paling murah meriah, bisa membuat wajah jadi lebih awet muda tanpa perlu operasi plastik, bisa menambah teman en saudara, sekaligus menambah tabungan pahala di akhirat.Tentu saja harus tulus karena Allah, tanpa embel-embel niat yang lain. Anda tertarik? Coba dan buktikan mulai sekarang! Gratis, tanpa efek samping pula, bagaimana? Coba dech....

Warnung V : Makna Hidup

Sang penyair : Hidup adalah menulis syair-syair terindah bagi semua orang.
Sang pelawak : Hidup adalah membuat orang tertawa terpingkal-pingkal.
Sang pedagang : Hidup adalah menghitung untung rugi supaya tidak pailit.
Sang orator : Hidup adalah mempersiapkan pembicaraan secara matang dan bermanfaat.
Sang pengarang : Hidup adalah melahirkan karangan-karangan sebagai buah karya terbaik.
Sang pelukis : Hidup adalah melahirkan lukisan-lukisan yang bermakna.
Sang aktris : Hidup adalah memerankan naskah Sang Pencipta dengan sebaik- baiknya.
Sang penjaja koran : Hidup adalah menjajakan koran sebanyak-banyaknya agar punya simpanan uang.
Sang pengamen : Hidup adalah menyanyi sepenuh hati agar orang terhibur dan rela menyisihkan sebagian uangnya.
Sang penggembala : Hidup adalah mengeluarkan ternak dari kandang, merawatnya agar sehat terawat, serta mengantarnya kembali ke kandang.
Sang petani : Hidup adalah menabur benih terbaik, merawatnya agar tumbuh subur dan memberikan hasil terbaik.
Sang pengusaha : Hidup adalah dengan modal sekecil-kecilnya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
Sang karyawan : Hidup adalah menyeimbangkan pengeluaran dengan pemasukan sesuai jumlah gaji yang diterima.
Sang guru : Hidup adalah berbagi ilmu yang dimotivasi keikhlasan dengan sedikit bonus berupa penghasilan.
Sang pelajar : Hidup adalah belajar, belajar dan belajar agar mendapat ilmu yang bermanfaat bagi diri dan orang lain tanpa melupakan ilmu padi,semakin berisi semakin merunduk.
Begitu banyak makna hidup sesuai jutaan profesi, so apa makna hidup sebenarnya? Hidup adalah sebuah ladang yang harus ditaburi benih kebaikan dan jasa, sehingga memberikan hasil panen yang melimpah sebagai bekal pada kehidupan berikutnya.

Sabtu, Oktober 11, 2008

SURAT UNTUK KEKASIHKU

Jakarta, awal Desember2007
kasih...
lagi, rindukumelebur dengan air mata
lagi,kubiarkan rinduku lenyapdalamhampa
lagi,kubiarkan langit menangis
dalam jeritku
langitku,
hatiku,
menyatu dalam pedih
mengukir tabah,
mengikis amarah,
menyirnakan dendamkesumat
memutihkan warnaluka
kembaliputih
bersih
karna rinduku,
demirinduku
dalamairmataku
dalampedihku
dalamperihku
dalamlukaku
mengukir tabah
sepenuh daya
sepenuh lemah
blong
kosong
hanya,
berbekalsepenggal doa yang Kauberikan

Sebuah Tanya

Jakarta, November 2007
Ya Robbyku,
Dalam............harap tanpa ujung,
Terpatri........... atas nama-Moe,
Peluh lelah.................. atas nama-Moe,
Kala aku berada dalam satu titik,
Di mana cahaya-Moe?
Kemana cahaya-Moe?
Kularut dalam air mata
Kuhanyut dalam duka
Lebur dalam nestapa
Karam dalam hina
Kala sabar hampir tenggelam
Kala Kau berikan tawa pada orang yang membenciku,
Dimanakah tawa yang bisa Kau berikan untukku?
Tanpa menafikan syukurku,
Tanpa menghilangkan trima kasihku,
Dengan sgala lemahku
Dengan sgala letihku,
dengan sgala cacatku,
dalam persembahanku,
Kuhanya bisa memberi tanya
Di mana tawa yang Kau janjikan untukku?
Kutahu Kau sayang aku
Amat sayang
Terlalu sayang
Sama aku
Padaku
Si hamba bodoh ini

Warnung IV: Ilmu Seribu

Menjelang hari terakhirnya bersamaku di dunia ini, suamiku memberiku sebuah ilmu yang takkan pernah kulupakan sepanjang hidupku. Ilmu yang sederhana dan memiliki nama yang unik: Ilmu Seribu.
Suamiku : Mi, kalau kita hanya punya uang seribu rupiah. Lalu hilang yang seratus
rupiah, apa yang akan Umi lakukan?
Aku : Ya...mencarinya sampai ketemu.
Suamiku : Ya...jangan begitu, Mi. Nanti Umi malah menjadi orang yang merugi
kalau Umi bersikap begitu.
Aku : Loh, kalau begitu seharusnya bagaimana?
Suamiku : (Tersenyum) Kalau kita memiliki uang seribu rupiah, hilang seratus
rupiah, maka yang harus kita lakukan adalah mengikhlaskan yang seratus
rupiah dan mensyukuri sisa uang yang sembilan ratus rupiah. Mana yang
lebih besar uang seratus yang hilang dengan sisa uang yang sembilan
ratus rupiah?
Aku : Ya...yang sembilan ratus rupiah. Tapi kenapa begitu,Yah? Bukankah
kalau kita cari yang seratus rupiah, uang kita tetap seribu?
Suamiku :(Lagi-lagi tersenyum) Kalau kita disibukkan mencari uang seratus rupiah
yang hilang, maka kita melupakan uang sembilan ratus rupiah yang
tersisa. Akibatnya, uang seratus rupiah yang hilang tidak dapat kita
temukan, sedangkan uang sembilan ratus rupiah juga hilang karena kita
lupa pula menyimpannya.
Waktu itu aku hanya terdiam karena aku kurang memahami maksudnya.Akan tetapi, setelah suamiku pergi meninggalkan aku, aku baru memahami Ilmu Seribu itu. Uang seratus rupiah yang hilang itu adalah gambaran suamiku yang telah menghadap-Nya.Uang sembilan ratus rupiah yang tersisa adalah gambaran anak yatimku dan keluargaku.Di sinilah aku baru mulai memahami Ilmu Seribu itu. Belajar mengikhlaskan yang hilang dan mensyukuri yang tersisa. Jika aku terus menyesali kehilangan suamiku,maka aku akan menelantarkan anak yatimku dan keluargaku. Seandainya hal itu terjadi, maka aku akan menjadi orang yang merugi. Aku tidak hanya kehilangan suamiku, tetapi akan kehilangan anak yatimku dan keluargaku juga. Akan tetapi, jika aku mensyukuri uang yang tersisa, berarti aku harus mensyukuri kehadiran mereka dengan berbuat yang terbaik untuk mereka sekaligus aku belajar mengikhlaskan kepergian suamiku. Dengan bekal ikhlas dan syukur itulah aku belajar menyongsong hidup yang lebih baik, insya Allah.

Warnung III : Masalah

Seseorang merenung setelah membaca berbagai media massa.
Dia : Mengapa Tuhan menciptakan masalah?
Suara hati : Karena dengan adanya masalah, manusia baru bisa mengembangkan
akalnya.
Dia : Mengapa demikian?
Suara hati : Karena setelah ada masalah, manusia baru mulai berpikir untuk
mengatasinya.
Dia : Jadi, masalah itu merupakan latihan untuk mencerdaskan manusia?
Suara hati : Bisa juga dikatakan demikian.
Dia : Tapi...bagaimana cara manusia memecahkan masalahnya?
Suara hati : Ya...dengan berpikir.
Dia : Tapi...bagaimana jika setelah berpikir, ia mengalami jalan buntu?
Suara hati : Ya...terus berpikir.
Dia : Tapi...kalau tetap tidak bisa?
Suara hati : Ya...tetap think and think.
Dia : Tapi...bagaimana kalau manusia itu tetap merasa tidak bisa mengatasi
masalahnya?
Suara hati : Itu berarti manusia itu tidak sabar dan mudah putusasa.
Dia : Loh, bagaimana kalau orang itu sudah sabar dan telah berusaha
semaksimal mungkin, tetapi masalahnya tetap tidak terpecahkan?
Suara hati : Mungkin ada yang ia lupakan.
Dia : Apa itu?
Suara hati : Doa
Dia : Jika ia sudah berdoa dan berusaha?
Suara hati : Seperti kata Tuhan, tawakkal.
Dia : Jika ia sudah berdoa, berusaha dan tawakkal?
Suara hati : Sabar.
Dia : Jika ia sudah sabar?
Suara hati : Mungkin ada yang ia lupakan.
Dia : Apa itu?
Suara hati : Sholat.
Dia : Mengapa?
Suara hati : Karena kata Tuhan, ” Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sholat
dan sabar sebagai penolongmu.”
Dia : Jika manusia sudah melakukan semua itu,tetapi masalahnya belum
terpecahkan?
Suara hati : Itu tidak mungkin.
Dia : Mengapa?
Suara hati : Karena Tuhan juga bilang, kalau Dia tidak akan menimpakan sesuatu
di luar kemampuan hamba-Nya.

Warnung II: Bingkai Hidup

Seseorang sedang menatap sebuah lukisan. Ia tertegun mengamati lukisan tersebut. Tak ada siapa – siapa di sekitarnya, hanya dia dan suara hatinya.
Dia : ”Apa yang kau lihat?”
Suara hati : ”Sebuah gambar.”
Dia : ”Apa yang kau lihat?”
Suara hati : ”Orang-orang yang kelelahan.”
Dia : ”Apa yang kau lihat?”
Suara hati : ”Kegersangan yang membakar.”
Dia : ”Apa lagi yang kau lihat?”
Suara hati :”Suasana yang keras.”
Dia : ”Apa lagi?”
Suara hati : ”Tidak tahu.”
Dia : ”Coba kau lihat baik-baik, apa yang kau lihat?”
Suara hati : ”Mmm...sebuah bingkai yang sangat indah.”
Dia : ”Tahukah kau makna semua itu?”
Suara hati :”Tidak tahu.”
Dia : ”Perhatikanlah baik-baik. Itu adalah gambar kehidupan. Hidup ini keras, hidup ini gersang, hidup
ini panas. Hidup ini semakin hari semakin menanjak, sehingga banyak orang yang kelelahan. Hidup
yang keras ini harus dijalani dengan ketabahan, kesabaran dan yang terpenting adalah iman, agar
orang dapat sampai ke puncak tujuan. Satu lagi yang tak boleh dilupakan , oarang yang ingin
mencapai puncak tujuan harus pantang menyerah dan tak kenal putus asa. Itulah gambar
kekerasan hidup yang dibingkai dengan indah, menjadi salah satu mahakarya Tuhan yang agung.”


Warnung (Warung Renungan) I : Waktu

Rasa jenuh menghinggapiku dari rutinitas yang selalu setia menemaniku sepanjang waktu. Sungguh perasaan tak menyenangkan sekali ketika kita benar-benar diliputi energi negatif kejenuhan.Entah apa yang harus kulakukan untuk mengusir hantu jenuh itu agar tak lama-lama menghimpitku.Aku harus segera mengubah energi negatif jenuh itu menjadi energi yang positif. Jika tidak, aku akan semakin tak merasa nyaman dan akan memunculkan energi-energi negatif lainnya. Ya, rasanya aku ingin marah-marah saja tanpa alasan, sasarannya bisa siapa saja, dan tentu saja akan menimbulkan perselisihan yang belum tentu dengan mudah mendapatkan kedamaian. Aku tak mau itu terjadi. Aku harus bisa mencari sesuatu yang bermanfaat dan bisa mengalihkan perhatianku dari rasa jenuh yang mengganggu. Aku harus memanfaatkan waktu jenuh yang terasa sia-sia ini. Aku harus memanfaatkannya selagi Tuhan masih memberiku waktu. Aku harus segera memanfaatkannya sebelum malaikat kubur meminta pertanggungjawabanku tentang waktu yang diamanatkan Tuhan kepadaku. Tuhan, beritahu aku apa yang harus kulakukan agar jenuh tak lagi mengurungku?istirahatkah?tidurkah? jalan-jalan ke mallkah? menjelajah buku-buku perpustakaankah?menikmati hobiku? Beri tahu aku, Tuhan, aku bingung! Bagaimanakah caranya memanfaatkan waktu jenuh yang sempit ini?Hhh...lagi hanya helaan nafas yang ada.
Kulirik jam dinding yang sejak tadi diam membisu memandangku, ternyata baru pukul sepuluh pagi. Mungkin lebih baik aku mengambil air wudhu. Mungkin setelah shalat dhuha aku akan merasa lebih baik. Kucoba menikmati tetes demi tetes air wudhu yang membasuh anggota tubuhku. Setelah selesai berwudhu, kutengadahkan tangan dalam kepasrahan memohon petunjuk agar jenuh segera pergi. Kukenakan pakaian kebesaranku dan kuhamparkan sajadah hijauku. Kucoba menghayati kata demi kata bacaan shalatku. Kucoba menikmati pertemuanku dengan Yang Maha Kasih melalui shalatku dalam kepasrahan dan harapan. Perlahan tapi pasti damai mulai menyelimutiku lagi. Perlahan tapi pasti pula, jenuh mulai menyingkir dari jiwa dan hatiku. Apalagi setelah salam, bibir, hati dan jiwaku tak henti berdzikir menyebut asma-Nya, semakin lengkap pulalah kedamaian yang kurasakan. Rasanya aku begitu dekaat... sekali dengan Yang Maha Sayang, sehingga jenuh yang tadi menyiksaku pun telah pergi. Hanya damai dan ketenangan yang menghangatkanku kini. Akupun lebih siap menyongsong rutinitasku kembali dengan energi yang jauh lebih baik.

Jumat, Oktober 10, 2008

KENANGAN 22 DESEMBER

Berdiri ku di tepi jendela. Mataku terpaku menatap kalender yang terpampang di sampingku. ”Desember..., Dzulhijjah...,”desahku resah. Sesekali menengadah ke atas langit pekat yang menitikkan air matanya rintik-rintik, seolah turut merasakan kegundahanku. Seiring takbir menggema bersahut-sahutan dari masjid ke masjid. Melayang pula ingatanku ke masa beberapa tahun silam, kala masih ada suamiku.
Bulan ini begitu berarti untukku. Desember inilah seharusnya ulang tahun suamiku, kalau dia masih ada. Biasanya aku selalu menyiapkan sesuatu yang spesial untuk suamiku. Bersibuk-sibuk ria mencari resep baru yang kira-kira disukai suamiku, atau berpanjang mata di pasar-pasar mencari benda-benda yang kira-kira diperlukan suamiku. Biasanya pula dia membisikkan ucapan terima kasih penuh haru sambil mengecup keningku dengan lembut. ”Semuanya sudah berlalu...,” bisikku sambil menghela napas panjang.
Lagi, kutatap kalender itu. Desember ini bertepatan dengan hari pernikahanku, seharusnya....
Ingatanku kembali pada hari pernikahanku. Saat itu sama seperti sekarang ini, hujan mengguyur seluruh pelosok ibu kota. Banjir menggenangi ruas- ruas jalan. Saat itu, rombongan kami akan menuju KUA. Hampir semua ruas jalan menuju ke sana terjebak banjir. Kamipun coba mencari-cari jalan alternatif. Eh, malah kami tersesat di jalan perumahan mewah. Kami berputar-putar mencari orang yang dapat memberikan petunjuk jalan. Lama sekali kami menemukan sosok yang bisa ditanyai, belum lagi ketegangan yang menyeruak memenuhi relung-relung hati kami.Berkali-kali mata memandang jam tangan karena waktu perjanjian dengan penghulu sudah lewat. Hmm...rasanya seru sekali saat itu. Berusaha tetap senyum di tengah ketegangan yang memuncak.
Lagi, kutatap kalender itu. Bergeser bola mataku pada angka 22. Ya...22 Desember, hari ibu. Hari Ibu yang selalu membuatku semakin merindukan suamiku. Hari ibu yang senantiasa membuat dadaku sesak menahan deraian air mata. Cukuplah sang langit yang mewakili kepedihanku.
Terlintas lagi bayangan suamiku. Semua yang dia lakukan di hari Ibu. Pagi-pagi dia sudah tampak sibuk sekali, mulai dari mencuci piring, mencuci baju, memandikan anak, menyuapi anak,sampai masakpun dia yang melakukannya. Aku tidak boleh membantunya sama sekali. Padahal, yang kutahu dia tak bisa memasak. Aku hanya mengawasinya saja seperti seorang mandor. Ketika masak, dia sudah menyalakan kompor dan meletakkan wajan berisi minyak goreng. Lalu, dia mengambil beberapa siung bawang merah. Dikupasnya bawang merah itu, lalu...langsung diiris-irisnya. Ya ampun, tidak dicuci lagi!Aku hanya diam saja menahan senyum. Suamiku..., suamiku..., demi memanjakan aku dia rela berbuat begitu di hari Ibu.Hari itu aku benar-benar merasa diperlakukan sebagai seorang ratu. Aku benar-benar merasa spesial sekali hari itu. Aku bersyukur memiliki suami seperti dia, karena jarang sekali seorang suami berbuat seperti itu. Terima kasih suamiku. Semoga Tuhanpun memanjakanmu di alam sana seperti engkau memanjakanku.