Rabu, Februari 04, 2009

MY LETTER


West Jakarta, 04 Feb 2009


Januari menghilang, Februaripun datang. Tuhanku, begitu beratnya bebanku bulan ini. Saat aku masih berjuang melawan rasa traumaku, ah entah, mungkin fobia, aku juga harus berjuang melawan kedukaan yang dalam. Terlalu banyak kenangan yang melintas di benakku di bulan ini, bulan pernikahanku, bulan kelahiran putri yatimku.

Ya Allahku, tahukah Kau? Ah, Kau pasti tahu karena Kau Maha Tahu, kalau aku saat ini begitu sedih. Kaupun tahu kalau aku begitu banyak dikagumi orang karena ketegaranku, ketabahanku menghadapi kepergian suamiku. Sendirian aku menemaninya di rumah sakit dalam keadaan koma, sendirian aku membimbingnya membaca tahlil sambil aku menguatkan diriku dengan istighfar. Aku tahu lisannya tak dapat mengikutiku, tetapi hatinya belum beku.

Ya Allahku, Kau juga pasti tahu betapa limbungnya aku saat itu, hampir tak sanggup ku menyaksikan orang yang sangat mengasihiku begitu menderita tak berdaya. Tapi, aku berusaha hanya mengingat-Mu sepenuh daya. Kau juga pasti tahu betapa air mata ini tak mau mengering terus mengalir tanpa bisa kutahan. Aku benar-benar berusaha menahannya walau mataku terasa pedih saat aku harus melakukannya demi izin tuk menyaksikan pemakaman suamiku, demi melihat dan mengantarnya yang terakhir kali. Aku ingat, Kau berusaha menghiburku saat itu, saat aku berdiri di tepi makam, dengan suara-suara yang menggema di kepalaku, entah suara siapa?Suara itu mengatakan," Vo, lihatlah baik-baik suami yang sangat menyayangimu itu. Apa yang kamu alami dan rasakan saat ini, sama seperti yang dialami dan dirasakan Umar saat itu."

Ingatkah kau, betapaUmar tak percaya ketika mengetahui Rasul telah tiada. Ia menghunus pedang sambil berteriak siapa yang mengatakan bahwa Rasul wafat harus berhadapan dengannya. Ia baru menyadari kekhilafannya setelah Abu Bakar berkata," Ya Umar, jika engkau menyembah Muhammad, sungguh beliau telah wafat. Akan tetapi, jika engkau menyembah Allah, sungguh Allah itu takkan pernah mati."

Sekarang kamu tahu kan, Vo? Mana yang kamu sembah, suamimu atau Allah? Jika kamu menyembah suamimu, sungguh ia telah mati. Akan tetapi, jika kamu menyembah Allah, percayalah Dia takkan pernah mati. Artinya, kamu jangan pernah merasa sendirian karena Dia akan selalu mendampingimu.

"Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan diberikan jalan keluar dan rezeki yang tak terduga."

Tidak cukupkah hal itu menenteramkanmu? Dia takkan pernah ingkar janji. Kamupun sudah merasakan buktinya, bukan?

Ingatkah kau ketika masih kuliah dulu, kamu hanya punya uang pas-pasan untuk ongkos berangkat kuliah saja? Kamu kebingungan waktu itu. Kamu tidak tahu bagaimana mengisi perutmu yang nanti keroncongan. Kamu juga tidak tahu bagaimana caranya kamu bisa pulang ke rumah. Tak ada makanan apapun yang bisa kamu jadikan bekal. Saat itu kamu bilang,"Ya Allah, saya hanya punya uang tuk berangkat kuliah saja. Tolong saya!"

Betapa Allah telah memberi pertolongan-Nya kepadamu saat itu,bukan? Dia mengirim sahabatmu yang berulang tahun dan mentraktirmu bersama teman-temanmu sehingga kamupun tak menahan lapar. Dia juga mengirim temanmu yang baru mendapatkan rezeki dan berbagi denganmu sehingga kamupun punya uang tuk ongkos pulang ke rumah. Sungguh Allah telah menghilangkan kebingunganmu saat itu. Kejadian-kejadian itu hanyalah segelintir cerita yang membuktikan kebenaran janji-Nya, bukan? Maa Kholaqta Haadzaa Baathilaa (Tak ada sesuatupun yang Kau ciptakan itu sia-sia)