Sabtu, Oktober 11, 2008

Warnung (Warung Renungan) I : Waktu

Rasa jenuh menghinggapiku dari rutinitas yang selalu setia menemaniku sepanjang waktu. Sungguh perasaan tak menyenangkan sekali ketika kita benar-benar diliputi energi negatif kejenuhan.Entah apa yang harus kulakukan untuk mengusir hantu jenuh itu agar tak lama-lama menghimpitku.Aku harus segera mengubah energi negatif jenuh itu menjadi energi yang positif. Jika tidak, aku akan semakin tak merasa nyaman dan akan memunculkan energi-energi negatif lainnya. Ya, rasanya aku ingin marah-marah saja tanpa alasan, sasarannya bisa siapa saja, dan tentu saja akan menimbulkan perselisihan yang belum tentu dengan mudah mendapatkan kedamaian. Aku tak mau itu terjadi. Aku harus bisa mencari sesuatu yang bermanfaat dan bisa mengalihkan perhatianku dari rasa jenuh yang mengganggu. Aku harus memanfaatkan waktu jenuh yang terasa sia-sia ini. Aku harus memanfaatkannya selagi Tuhan masih memberiku waktu. Aku harus segera memanfaatkannya sebelum malaikat kubur meminta pertanggungjawabanku tentang waktu yang diamanatkan Tuhan kepadaku. Tuhan, beritahu aku apa yang harus kulakukan agar jenuh tak lagi mengurungku?istirahatkah?tidurkah? jalan-jalan ke mallkah? menjelajah buku-buku perpustakaankah?menikmati hobiku? Beri tahu aku, Tuhan, aku bingung! Bagaimanakah caranya memanfaatkan waktu jenuh yang sempit ini?Hhh...lagi hanya helaan nafas yang ada.
Kulirik jam dinding yang sejak tadi diam membisu memandangku, ternyata baru pukul sepuluh pagi. Mungkin lebih baik aku mengambil air wudhu. Mungkin setelah shalat dhuha aku akan merasa lebih baik. Kucoba menikmati tetes demi tetes air wudhu yang membasuh anggota tubuhku. Setelah selesai berwudhu, kutengadahkan tangan dalam kepasrahan memohon petunjuk agar jenuh segera pergi. Kukenakan pakaian kebesaranku dan kuhamparkan sajadah hijauku. Kucoba menghayati kata demi kata bacaan shalatku. Kucoba menikmati pertemuanku dengan Yang Maha Kasih melalui shalatku dalam kepasrahan dan harapan. Perlahan tapi pasti damai mulai menyelimutiku lagi. Perlahan tapi pasti pula, jenuh mulai menyingkir dari jiwa dan hatiku. Apalagi setelah salam, bibir, hati dan jiwaku tak henti berdzikir menyebut asma-Nya, semakin lengkap pulalah kedamaian yang kurasakan. Rasanya aku begitu dekaat... sekali dengan Yang Maha Sayang, sehingga jenuh yang tadi menyiksaku pun telah pergi. Hanya damai dan ketenangan yang menghangatkanku kini. Akupun lebih siap menyongsong rutinitasku kembali dengan energi yang jauh lebih baik.

Tidak ada komentar: